Developed by Fajrian Fatan Abdillah. (Temporary)

Selamat Datang

Developed by Fajrian Fatan Abdillah. (Temporary)

Senin, 20 Februari 2017

(PAPER): PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRAKTIK SALAT PADA SISWA KELAS III SDLB-C (TUNAGRAHITA) DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI CILEUNYI BANDUNG

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRAKTIK SALAT PADA SISWA KELAS III SDLB-C (TUNAGRAHITA) DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI CILEUNYI BANDUNG
PAPER
Ditujukan untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan sekolah tingkat Muallimin








Oleh
FAJRIAN FATAN ABDILLAH
NIS:131232730020140015

PESANTREN PERSATUAN ISLAM 110 MANBA’UL HUDA BANDUNG
Jl. Cijawura Girang IV No. 16 Buah Batu, Bandung, 40286
2016


KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah berkat rahmat Allah Swt. penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Sebagai santri, penulis menyadari tugas karya tulis ini penting sebagai peluang untuk berkompetensi secara intelektual dengan siswa atau mahasiswa lainnya. Melalui karya tulis ini, penulis berargumentasi dan mengambil kesimpulan setelah mengumpulkan hasil penelitian dan studi kepustakaan.
            Dalam karya tulis ini penulis mengambil judul Penerapan Media Audio Visual sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Praktik Salat bagi Siswa Kelas III SDLB-C (Tunagrahita) di SLBN Cileunyi Kabupaten Bandung. Melihat kondisi pendidikan praktik salat di Sekolah Luar Biasa saat ini yang terbilang belum sepenuhnya efektif, penulis merasa perlu mengangkat judul ini. Penulis ingin berbagi sedikit pengetahuan baru kepada masyarakat tentang isi dari karya tulis ini.
            Penulis juga menyadari bahwa karya tulis ini memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dapat membantu penulis untuk penyempurnaan lebih lanjut. Mudah-mudahan karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca dan selebihnya dapat memberikan peningkatan mutu pendidikan praktik salat di Sekolah Luar Biasa.
Bandung, April 2016
Penulis,


Fajrian Fatan Abdillah


UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Allah Swt. yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan karya tulis ini. Kemudian penulis mengucapkan juga terimakasih kepada:
1.    Ibu dan Ayah yang senantiasa tak pernah henti untuk mendukung dan membimbing penulis.
2.    Ust. Amin Al-Husaeni selaku pimpinan Pesantren Persatuan Islam 110 Manba’ul Huda.
3.    Ust. Rosihan Fahmi, M.Hum. selaku mudir Muallimin Pesantren Persatuan Islam 110 Manba’ul Huda.
4.    Ustz. Emi Ratnasari, S.Si. sebagai wali kelas sekaligus pembimbing I yang selalu bersedia memberikan waktunya dan memberikan motivasi kepada penulis.
5.    Ustz. Ine Agustine, S.Pd. sebagai pembimbing II, beliau yang selalu membantu mengarahkan, membimbing dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
6.    Saudara-saudara angkatan Al-Ghulam yang bersama-sama berjuang dan saling bahu-membahu dalam menyelesaikan pengerjaan paper ini.
7.    Kepala sekolah SLBN Cileunyi Bandung beserta para guru yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
8.    Pihak-pihak lain yang secara tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini.

ABSTRAK

Fajrian Fatan Abdillah: Penerapan Media Audio Visual sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Praktik Salat bagi Siswa Kelas III SDLB-C (Tunagrahita) di SLBN Cileunyi Bandung.
            Salat merupakan salah satu ibadah yang utama, dalam pelaksanaannya tentu tidak bisa hanya sekedar gerakan saja, namun harus sesuai apa yang Rasulullah ajarkan kepada kita, jika kita lihat pengajaran praktik salat di Indonesia ini lebih dominan diajarkan kepada anak yang normal, maka pengajaran salat kepada anak yang berkebutuhan khusus juga adalah perlu untuk meningkatkan kemampuan mereka terhadap salat.
            Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode penerapan penggunaan media audio visual yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam memberikan pengajaran kepada anak berkebutuhan khusus sebagai upaya meningkatkan kemampuan praktik salat mereka.
      Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berdasarkan pada hasil observasi, wawancara dengan narasumber atau langsung turun ke lapangan.
       Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual sudah seharusnya dilakukan di berbagai satuan pendidikan dan tidak terkecuali di lingkungan Sekolah Luar Biasa baik pendidikan dasar maupun menengah. Karena hal ini sudah menjadi satu kebutuhan yang mau tidak mau harus kita jalani demi kemajuan pendidikan di negeri ini.

DAFTAR ISI



BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan salah satu diantara seluruh makhluk yang diciptakan Allah Swt. Berdasarkan kehendak-Nya, manusia diciptakan dari saripati tanah yang dijadikannya segumpal darah, kemudian segumpal darah tersebut dijadikannya manusia yang Allah ciptakan seutuhnya dengan bentuk yang sebaik-baiknya seperti dalam firman Allah pada Al-Quran surat Al-Mu’minun ayat 12 yaitu:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ (12)
 “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah”.
Allah pun memberikan keistimewaan kepada manusia dengan diangkatnya derajat kemuliaan manusia diantara mahluk Allah lainnya yaitu diberikannya akal yang baik dan dengan akal tersebut manusia dapat mempelajari alam semesta ini. Sebagai hasil dari perkembangan pengetahuan manusia dari waktu ke waktu, maka terciptalah berbagai ilmu pengetahuan.
Tetapi dibalik itu, pada tujuannya Allah menciptakan manusia beserta ilmu pengetahuan yang ia miliki yaitu tiada lain hanya untuk beribadah kepada-Nya seperti dalam firman Allah pada Al-Quran surat Az-Zariyat ayat 56 yaitu:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (56)
 “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”
Ibadah adalah suatu cara manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah, salah satunya adalah salat. Salat merupakan salah satu rukun dari rukun islam yang wajib dilaksanakan bagi setiap muslim sebagai dan tidak boleh ditinggalkan sebagai bentuk ketaatannya kepada Allah Swt dan mempunyai kedudukan yang tinggi dibanding ibadah lainnya. seperti dalam firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 43:
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ (43)
 “Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku”.
Asal pada perintah yaitu wajib, dan wajib adalah sesuatu yang berpahala jika dilaksanakan dan berdosa jika ditinggalkan. Dalam pelaksanakannya salat tidak dapat dilakukan dengan sembarangan, perlu ada pendidikan dan pembelajaran terlebih dahulu untuk mendapatkan ilmunya, karena pada dasarnya bukan hanya ilmu yang berkaitan dengan urusan duniawi saja yang harus dipelajari, namun pada urusan agama pun mempelajari ilmunya adalah hal yang penting dan utama.

                                                             
Ilmu agama yang digunakan sebagai modal petunjuk dan arah bagi manusia untuk melakukan sesuatu, terlepas dari hal itu akal manusia yang Allah berikan sebagai pembeda antara yang benar dan yang bathil harus digunakan sebaik-baiknya, karena akal merupakan alat pencerna bagi ilmu, Allah pun memerintahkan manusia untuk mencari ilmu dalam firman-Nya pada Al-Quran surat Al-‘Alaq ayat 1-5 yaitu:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpa ldarah. Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”
Berdasarkan pernyataan sebelumnya bahwa ilmu pengetahuan semakin berkembang, maka pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membuat terciptanya dua realitas. Pertama, yaitu sekarang sedang tumbuh apa yang disebut dengan global village(dunia sudah seperti satu kampung). Ciri utamanya adalah tidak adanya kejelasan batas-batas geografis dan kultural antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Realitas kedua, sekarang ini sedang terjadi shifting of paradigm (pergeseran cara pandang) tentang persoalan ekonomi. Jika dahulu, elemen-elemen strategis yang membentuk kekuatan ekonomi sebuah bangsa adalah adanya sumber daya alam yang melimpah dan pasokan tenaga kerja yang memadai secara kuantitas, maka sekarang ini terlihat semakin sentralnya apa yang disebut dengan human capital(modal manusia). Sehingga pada masa ini, sebab efektif yang paling menentukan bagi majunya sebuah bangsa bukan lagi melimpahnya sumber daya alam dan kuantitas tenaga kerja, melainkan keunggulan dan kreativitas sumber daya manusianya. Maka dari itu, investasi ekonomi yang paling menjanjikan saat ini adalah investasi dalam sektor pendidikan yang relevan di dalam upaya mengembangkan keunggulan kompetitif bangsa Indonesia dalam skala global.
Bagi dunia perkembangan pendidikan, teknologi informasi dan komunikasi memiliki nilai positif dan negatif. Intinya perkembangan ini dapat menjadi sebuah hambatan jika tidak dapat memacu diri dalam bersaing dalam teknologi informasi dan komunikasi yang sedemikian pesat ini. Guru sebagai sumber daya manusia dalam pendidikan yang berhubungan langsung dengan peserta didiknya, karena itu untuk menciptakan peserta didik yang memiliki life skill yang baik, perlu sumber daya manusia yang bermutu.
Pencapaian sumber daya manusia seorang guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan mengembangkan kreativitas dan inovasi pembelajaran di kelas beserta peserta didik. Hal ini merupakan langkah nyata agar pendidikan dapat melaju sesuai dengan yang diharapkan. Pengembangan ini dapat dilakukan melalui pengembangan kreativitas model pembelajaran, metode pembelajaran atau media pembelajaran serta lainnya.
Pemahaman praktik salat di Indonesia dalam ruang lingkup pendidikan formal dan non-formal saat ini sudah terlaksana dengan baik, namun kebanyakan diantaranya pendidikan pemahaman praktik salat tersebut pada umumnya diajarkan kepada anak yang normal atau tidak memiliki karakteristik khusus, tetapi berbeda pada anak yang membutuhkan pendidikan khusus atau yang disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus(ABK).
Permasalahannya adalah dalam menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus tidaklah sama dengan menghadapi anak yang normal seperti yang masyarakat ketahui pada umumnya, karena dalam mendidik Anak Berkebutuhan Khusus dibutuhkan tenaga pengajar yang memiliki keahlian khusus dengan metode pendidikan yang khusus pula.
Pada pendidikan khusus bagi Anak Berkebutuhan Khusus terbagi menjadi beberapa kelas yang salah satunya adalah kelas C atau Tunagrahita.

Dari uraian tersebut penulis tertarik terhadap permasalahan tersebut untuk melakukan rancangan penelitian untuk dituangkan kedalam bentuk paper dengan judul “Penerapan Media Pembelajaran Audio Visual Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Praktik Salat Pada Siswa Kelas III SDLB-C (Tunagrahita) di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung”       

B.        Rumusan Masalah

1.         Apakah penerapan media pembelajaran audio visual dapat meningkatkan kemampuan praktik salat pada siswa kelas III SDLB-C (Tunagrahita) di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?
2.         Bagaimana cara pembuatan bahan media audio visual dalam penerapan media pembelajaran audio visual sebagai upaya meningkatkan kemampuan praktik salat pada siswa kelas III SDLB-C (Tunagrahita) di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?
3.         Bagaimana hasil penerapan media pembelajaran audio visual sebagai upaya meningkatkan kemampuan praktik salat pada siswa kelas III SDLB-C (Tunagrahita) di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?

C.       Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1.         Penerapan media pembelajaran audio visual dalam upaya meningkatkan kemampuan praktik salat pada siswa kelas III SDLB-C (Tunagrahita) di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.
2.         Cara pembuatan bahan media audio visual dalam Penerapan media pembelajaran audio visual sebagai upaya meningkatkan kemampuan praktik salat pada siswa kelas III SDLB-C (Tunagrahita) di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.
3.         Hasil Penerapan media pembelajaran audio visual dalam upaya meningkatkan kemampuan praktik salat pada siswa kelas III SDLB-C (Tunagrahita) di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.

D.       Metode Penelitian

Pada kesempatan ini, penulis melakukan penelitian menggunakan metode kualitatif yang berdasarkan pada hasil observasi, wawancara dengan narasumber atau langsung turun kelapangan.

E.      Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1.         Memberikan wawasan bagi ABK(Anak Berkebutuhan Khusus) akan pentingnya ibadah yang benar sesuai dengan petunjuk Rasulullah Saw.
2.         Memberikan sumbangan penting dalam memperluas kajian metode pendidikan ibadah bagi anak Tunagrahita.
3.         Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut bagi pengembangan metode pendidikan ibadah.

F.        Definisi Operasional

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Sekolah Luar Biasa adalah sekolah yang menyediakan pendidikan khusus bagi Anak Berkebutuhan Khusus.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.       Pengertian Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Berbahasa Indonesia, secara etimologi pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Secara terminologi dalam bidang pendidikan, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berikut adalah definisi pembelajaran menurut beberapa ahli:
1.    Warsita (2008:85) pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.
2.    Dimyati dan Mudjiono (1999:297) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
3.    Sudjana (2004:28) pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud pembelajaran adalah kegiatan guru mengajar siswa dengan cara yang tersistem dengan tujuan untuk membuat siswa aktif belajar dan menciptakan interaksi edukatif diantara keduanya.

B.        Media Pembelajaran

1.         Pengertian
Dalam kegiatan pembelajaran, tentu perlu adanya media sebagai alat yang dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar agar tersampaikannya pesan dari guru kepada siswa lebih efektif. Adapun pengertian media pembelajaran menurut dua ahli berikut:
1)        Miarso (2004) “Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar”.
2)        Ali (1992) “Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar”.
Dari pendapat yang dikemukakan kedua ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan guru untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa dalam belajar. Kemudian menurut ahli lain tentang media pembelajaran:
1)        Heinich, Molenida, dan Russel (1993) berpendapat bahwa teknologi atau media pembelajaran sebagai penerapan ilmiah tentang proses belajar pada manusia dalam tugas praktis belajar mengajar.
2)        Arif S. Sadirman (1984) berpendapat bahwa Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar seperti film, buku, dan kaset.
Pendapat kedua ahli tersebut berarti media pembelajaran adalah teknologi yang dapat digunakan sebagai penerapan ilmiah dalam menyampaikan pesan guru kepada siswa dalam bentuk visual, audio maupun audio visual.
2.         Pembagian
1)        Media Visual
Media visual atau disebut juga “media pandang”, yaitu media yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran melalui indera penglihatan. Media visual terbagi menjadi dua, yaitu:
A)       Media visual yang tidak diproyeksikan
Media visual ini tidak tembus cahaya (non transparan), maka tidak dapat dipantulkan pada layar, contohnya antara lain :
a.         Gambar mati atau gambar diam (still picture)
Gambar dapat menunjukkan kepada pembelajaran suatu tempat, orang, dan segala sesuatu dari daerah yang jauh dari jangkauan pembelajar sendiri, baik dari waktu yang telah lalu, maupun gambaran tentang kehidupan yang akan datang. Contoh gambar antara lain; ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, grafik, dan peta datar.
b.        Media cetak
Media cetak meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi. Di samping buku teks atau buku ajar, termasuk pula lembaran penuntun, majalah, penuntun belajar, penuntun instruktur, brosur (newsletter), dan teks terprogram.
B)   Media visual yang diproyeksikan
a.    Overhead Projector (OHP)
OHP adalah salah satu jenis alat (pesawat) proyeksi yang digunakan untuk memproyeksikan (memantulkan) objek yang tembus cahaya ( transparan) ke permukaan layar.
b.         Slide projector (proyektor film bingkai)
Slide (film bingkai) merupakan suatu gambar transparan dalam bentuk kecil, berukuran 35 mm dan dibungkus bingkai berukuran 2 x 2 inchi,  yang bersifat individual, dalam arti dipertunjukkan satu persatu.
c.         Filmstrip projector
Filmstrip (film rangkai) merupakan satu rol film transparan 35 mm, yang berisi serangkaian gambar mati yang saling berkaitan.

d.    Opaque
Opaque artinya “tidak tembus cahaya”. Dengan opaque proyektor dapat diproyeksikan benda-benda atau gambar-gambar yang tidak tembus cahaya(non transparan) di atas layar.
e.   Mikrofis
Mikrofis atau microfiche adalah lembaran film transparan yang terdiri dari lambang-lambang visual (grafis maupun verbal) yang diperkecil sedemikian rupa sehingga tidak dapat dibaca dengan mata telanjang. Ukurannya ada beberapa macam, bisa 3x5 inchi, 6x8 inchi, atau 4x6 inchi.
f.          Film
Film yang dimaksud di sini adalah lembaran transparan yang berukuran antara 8 mm, 16mm, dan 35 mm, yang terdiri dari ribuan gambar.
2)         Media Audio
Media audio adalah media untuk menyampaikan materi pelajaran dengan melalui rekaman suara, dan menggunakan indera pendengaran. Jenis media audio antara lain:
a.         Radio
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).
b.         Alat perekam pita magnetik (tape recorder)
Tape Recorder menurut Sudjana (1994: 129) adalah sebuah bahan pengajaran yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang pikiran. perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar mengajar.
3)         Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran, bukan hanya dengan indera penglihatan, tapi juga indera pendengaran. Melalui media audio visual seseorang tidak hanya dapat melihat atau mengamati sesuatu, melainkan sekaligus dapat mendengar sesuatu yang divisualisasikan. Media audio visual antara lain :
a.         Televisi
Istilah televisi terdiri dari dua kata “tele” yang berarti “jauh” dan “visi” yang berarti “penglihatan”. Jadi program televisi berarti suatu program yang memperlihatkan sesuatu dari jarak jauh.



b.         Video
Video adalah suatu teknologi audio visual untuk menangkap, merekam, memroses, mentransmisikan dan mendemonstrasikan gambar bergerak.
c.         Permainan
Permainan adalah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula.
Pendapat diatas semakin menguatkan bahwa media pembelajaran merupakan komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Jika dalam suatu proses pembelajaran guru adalah orang yang sedang berjalan dan ingin menyeberangi sungai, maka media pembelajaran adalah jembatan yang tepat sebagai media pengantar yang dapat membantu memudahkan orang tersebut untuk menyeberangi sungai itu dan berjalan hingga sampai tujuan atau tempat seberang sungai yang diibaratkan sebagai murid. Sehingga tidaklah mungkin jika dalam suatu proses pembelajaran tidak terdapat media pembelajaran sebagai pendukungnya.
3.         Fungsi dan Manfaat
Sebagaimana pada penjelasan sebelumnya, media pembelajaran memiliki peran penting terhadap proses pembelajaran yang menjadi fungsi media pembelajaran itu sendiri. Pada zaman tradisional, media pembelajaran merupakan alat bantu berbentuk visual, namun seiring berkembangnya teknologi yang sangat pesat, maka mulailah terciptanya berbagai alat bantu canggih yang membuat media pembelajaran tersebut memberikan fungsi yang lebih efektif dan efisien. Pada dasarnya fungsi media pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)        Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif,  fungsi kompensatoris.
c.         Fungsi atensi
Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang menampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik pada materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.
d.         Fungsi Afektif
Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
e.         Fungsi Kognitif
Media visual  terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
f.          Fungsi kompensatoris
Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks bagi siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingat kembali. Dengan kata lain media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
2)        Kemp & Dayton (1985: 28) mengemukakan bahwa media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu:
a.         Memotivasi minat atau tindakan
Media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau memberikan subangan material). Pencapaian tujuan ini akan memperngaruhi sikap, nilai, dan emosi.
b.         Menyajikan informasi
Media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi.
c.         Memberi instruksi
Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Di samping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorang siswa.
3)        Menurut Derek Rowntree, media pembelajaran (media instruksional edukatif), berfungsi:
a.         Membangkitkan motivasi belajar
b.         Mengulang apa yang dipelajari
c.         Menyediakan stimulus belajar
d.         Mengaktifkan respon peserta didik
e.         Memberikan balikan dengan segera
f.          Menggalakkan latihan yang serasi
Berdasarkan penjelasan diatas, media pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat instruksi guru kepada muridnya yang menstimulus keaktifan, meningkatkan motivasi belajar dan menyenangkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Tentu saja ketercapaian tujuan pembelajaran adalah fungsi utama dari media pembelajaran tersebut.
Selain memiliki fungsi, media pembelajaran juga memiliki manfaat bagi guru maupun muridnya. Diantara manfaatnya yaitu:
1)        Menurut Kemp dan Dayton dalam bukunya Azhar Arsyad (2002:21) manfaat media pembelajaran adalah:
a.         Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
b.         Pembelajaran bisa lebih menarik.
c.         Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan pengetahuan
d.         Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa
e.         Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas.
f.          Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
g.         Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
h.         Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif; beban guru untuk menjleskan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar.
2)        Sudjana, dkk. (2002:2) menyatakan manfaat media adalah:
a.         Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi
b.         Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
c.         Metode mengajar akan lebih bervariasi
d.         Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
3)        Encyclopedia of Educatioanal Research dalam Hamalik yang dikutip Azhar Arsyad (2002: 25) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:
a.         Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme
b.         Memperbesar perhatian siswa
c.         Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap
d.         Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa
e.         Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup
f.          Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
g.         Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang banyak dalam belajar.
Jadi, manfaat media pembelajaran itu banyak, beberapa hal yang bisa disimpulkan dari manfaat diatas yaitu media pembelajaran bermanfaat bagi guru untuk memudahkan dalam penyampaian pesan atau isi pelajaran kepada muridnya, kemudian bagi siswa media pedia pembelajaran dapat membuat siswa dapat menerima pelajaran lebih baik beserta pengalaman yang menyenangkan. Selain itu, media pembelajaran juga dapat membantu siswa untuk memahami dan mengembangkan apa yang dipelajari.

C.       Pendidikan Luar Biasa

1.         Pengertian
Pendidikan luar biasa merupakan sub sistem dari sistem pendidikan nasional yang secara khusus maupun integrasi diselenggarakan bagi peserta didik yang mengalami kelainan fisik, mental, perilaku dan sosial. Berikut pengertian pendidikan luar biasa menurut beberapa ahli:
1)        Heward dan Orlansky (1980) pendidikan luar biasa ialah suatu profesi yang memiliki alat, teknik, dan penelitian yang seluruhnya berpusat pada peningkatan penataan dan prosedur pengajaran dan menyesuaikannya pada kebutuhan orang luar biasa. Pendidikan luar biasa ialah penataan setting fisik, peralatan dan bahan, pengajaran, dan intervensi yang dirancang secara perorangan dan dimonitor secara sistematis serta disiapkan untuk membantu anak luar biasa mencapai kepuasan diri dan prestasi akademis yang sebaik-baiknya.
2)        Pradopo (1977) pendidikan luar biasa ialah pendidikan kepada orang-orang yang dalam keadaan kekurangan maupun kelebihan pada pertumbuhan dan perkembangan segi fisik, intelegensi, sosial dan emosinya.
3)        Ismed Syarif (1992) dalam makalah Kelembagaan Penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa disebutkan bahwa Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan yang khusus diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental.

Dari beberapa pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan luar biasa adalah sebuah pendidikan khusus yang diselenggarakan dengan metode tertentu yang dirancang dan ditujukan kepada siswa yang memiliki kelainan fisik, mental, atau karakteristik yang khusus.


2.         Pembagian
Ada beberapa macam kelainan fisik atau mental yang dididik dalam pendidikan luar biasa ini, yaitu tidak dapat atau kurang memiliki kemampuan melihat, mendengar, berbicara dan sebagainya. Pendidikan luar biasa menyediakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang memiliki ketunaan sebagai berikut:
1)        Tunanetra
Anak dengan gangguan penglihatan dalam bidang pendidikan luar biasa disebut tunanetra. Bukan saja mereka yang buta, akan tetapi mereka yang mampu melihat namun sangat terbatas kemampuan penglihatannya untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam belajar dapat dikatakan tunanetra. Keterbatasan tersebut sering disebut dengan istilah “low vision”. Pada intinya, anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi secara visual.
2)        Tunarungu
Kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang kehilangan rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya disebut tunarungu.
3)        Tunawicara
Tunawicara yaitu keadaan seseorang yang hilang kemampuannya untuk berbicara.
4)        Tunagrahita
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Untuk pembahasan lebih rinci, tunagrahita akan dijelaskan pada sub judul selanjutnya.
5)        Tunadaksa
Tunadaksa atau cerebral palsy adalah salah satu bentuk brain injury, yaitu suatu kondisi yang memengaruhi pengendalian system motorik sebagai akibat lesi dalam otak (R.S. Illingworth).
6)        Tunalaras
Anak yang mengalami gangguan dalam tingkah laku disebut dengan istilah tunalaras atau juga tunasosial. Memang batasan anak yang mengalami gangguan tingkah laku sulit didefinisikan, para ahli pun berbeda-beda pendapat mengenai definisi anak tunalaras. Namun, secara umum batasan anak tunalaras yang banyak dikemukakan para ahli yaitu anak yang menampakkan suatu perilaku penentangan norma yang terus-menerus kepada masyarakat, kehancuran suatu pribadi, serta kegagalan dalam belajar di sekolah.
7)        Anak Berbakat
Anak yang memiliki kecerdasan luar biasa dibandingkan dengan anak yang memiliki kecerdasan tingkat normal. Anak berbakat ini cenderung lebih cepat berkembang baik secara kemampuan fisik, pemikiran, dan sebagainya dari umur yang seharusnya.

BAB III

PEMBAHASAN

A.     Metode Penelitian

a.       Setting Penelitian dan Evaluasi
Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDLB di Sekolah Luar Biasa Negeri Cileunyi Bandung. Pemilihan tempat ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa penulis bertempat tinggal di wilayah yang cukup dekat dengan SLB Negeri Cileunyi Bandung, sehingga pelaksanaan penelitian ini tidak mengurangi mobilitas penulis.
Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan yaitu pada bulan Februari, Maret, April 2016. Kemudian dilanjut evaluasi pada tanggal 4, 6, dan 7 April 2016, Penelitian meliputi persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, dan pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring dan evaluasi, dan refleksi). penyusunan laporan, penyempurnaan laporan, penggandaan, dan pengiriman laporan. Rincian kegiatan penelitian dan evaluasi adalah:
NO.
Waktu
Kegiatan
Waktu
Kegiatan
1
Feb 2016
Penelitian I
4 Apr 2016
Evaluasi I
2
Mar 2016
Penelitian II
6 Apr 2016
Evaluasi II
3
Apr 2016
Penelitian III
7 Apr 2016
Evaluasi III

Tabel.3.1. Kegiatan Pelaksanaan Penelitian.

b.      Objek Penelitian
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SDLB-C di SLB Negeri Cileunyi Bandung tahun pelajaran 2015/2016 dan penulis. Subjek pelaku tindakan adalah penulis, sedangkan objek penerima tindakan adalah siswa kelas III SDLB-C di SLB Negeri Cileunyi Bandung. Adapun secara rinci masing-masing subjek dapat dilampirkan dalam tabel berikut ini:
No.
Nama Siswa
Kelas
1.
MRR
III
2.
KIH
III
3.
C
III
4.
RP
III
Tabel 1. Data siswa yang menjadi objek penelitian
c.       Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini berasal dari kelas III SDLB-C di SLB Negeri Cileunyi Bandung tahun pelajaran 2015/2016 sebagai objek penelitian. Data yang berupa kemampuan mengenal alfabet, membaca kata, membaca kalimat dan memaknai kalimat yang diperoleh dengan tes selama dan dalam proses pembelajaran menggunakan media pembelajaran gerak dan gambar.

d.      Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan metode deskriptif dimana data cenderung naratif  bukan diuraikan dengan angka-angka, namun demikian penelitian kualitatif tidak menolak data kuantitatif sebagai penunjang dan hasil analisisnya. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitiannya dengan menggunakan metode deskriptif maka penelitian ini lebih memfokuskan hasil berdasarkan pada analisis data secara induktif.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka sasaran penelitian diarahkan pada usaha menguasai teori-teori penelitian yang bersifat deskriptif, dengan mementingkan penguasaan proses penelitian, membatasi studi dengan fokus kajian, menentukan kriteria untuk memeriksa keabsahan data dan hasil penelitian bisa diterima serta dibenarkan oleh kedua belah pihak, yaitu pihak peneliti dan responden.“Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh status gejala pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat sesuatu pada waktu penyelidikan ini dilakukan, untuk melukiskan variable atau kondisi apa yang ada dalam situasi (Winarno,S:1992).”
Penelitian dengan pendekatan kualitatif dan metode deskrptif ini tidak hanya sampai pada pengumpulan data saja, tetapi meliputi  analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut, membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu.
Mengacu pada hal tersebut, maka siklus dalam proses penyimpulan data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu:
1). Eksplorasi yang meluas dan bergerak di tingkat permukaan,
2). Eksplorasi secara terfokus atau terseleksi guna mencapai tingkat kedalaman dan keterincian tertentu dan
3).  Mengkonfirmasikan hasil temuan penelitian.
a.       Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian atau pengembangan media pembelajaran audio visual ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2015-2016 mulai dari bulan Februari hingga April 2016 pada Anak Tunagrahita SDLB-C Kelas III di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
b.       Teknik Observasi
Teknik observasi (pengamatan) ini digunakan untuk melengkapi data dan informasi yang diperoleh melalui tes kinerja yang dilakukan di kelas secara individual. Selain itu dengan observasi dimaksudkan untuk melakukan triangulasi, dalam arti data yang telah terkumpul dan disimpulkan oleh peneliti, kemudian di cek kembali kebenarannya dengan sumber data yang telah ditentukan.
Dengan observasi ini maka dilakukan pengamatan langsung kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi pokok praktik Tatacara Salat di kelas dengan menggunakan media pembelajaran audio visual dalam upaya Meningkatkan Kemampuan Praktik Salat Anak Tunagrahita SDLB-C Kelas III di SLB Negeri Cileunyi Bandung.
c.       Teknik Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara seperti tercantum dalam lampiran yang dibuat berdasarkan kisi-kisi pengumpulan data. Pedoman yang disusun sangat diperlukan dalam proses berjalannya wawancara, sehingga wawancara tetap berada dalam konteks permasalahan yang tengah diselidiki. Pelaksanaan wawancara dilaksanakan secara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara dilakukan kepada peserta didik, guru dan kepala sekolah SLB Negeri Cileunyi Bandung.
d.       Teknik Studi Dokumentasi
Untuk melengkapi data dan informasi yang diperoleh dari dua teknik terdahulu, maka digunakan teknik studi dokumentasi, yaitu dengan mempelajari berbagai dokumen atau catatan yang berhubungan dengan upaya peningkatan pembelajaran pendidikan agama islam pada materi pokok Melaksanakan Tatacara Salat yang diawalnya menggunakan materi konvensional khususnya pada anak tunagrahita SDLB-C Kelas III di SLB Negeri Cileunyi Bandung.
e.       Validasi Data
Tahap-tahap penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.       Persiapan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan ada tahap persiapan ini mencakup:
a.       Pemilihan topik dan permasalahan yang akan diteliti,
b.       Melakukan penjajakan terhadap lokasi dan subjek penelitian untuk memperoleh data awal sehingga mendapatkan gambaran yang lengkap dan jelas mengenai masalah yang akan diteliti,
c.       Melakukan pendalaman materi bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian,
d.       Penyusunan desain penelitian beserta kisi-kisi pengumpulan data dan pedoman wawancara,
e.       Mengajukan permohonan izin penelitian kepada pihak yang berwenang di tempat penelitian,
2.       Pelaksanaan Penelitian
Terdapat tiga tahap dalam penelitian ini, yaitu:
(1). Tahap orientasi atau studi pendahuluan,
(2). Tahap eksplorasi atau pelaksanaan penelitian,
(3). Tahap member check secara keseluruhan. Kegiatan-kegiatan itu adalah:
a.       Melakukan pembicaraan pendahuluan dengan kepala sekolah yang lembaganya akan dijadikan sebagai objek penelitian,
b.       Melaksanakan kegiatan pengumpulan data secara intensif melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi,
c.       Selama penelitian berlangsung, penulis melakukan kegiatan analisis data yang dituangkan dalam transkrip data lapangan, triangulasi dengan jalan mengungkapkan kembali data yang telah diperoleh kepada sumber data yang lain dan meminta komentar tentang hal yang sama agar di dapat tingkat akuntabilitas dan validitas data yang lebih terjamin kebenarannya, selanjutnya member check untuk mengkonfirmasikan kebenaran catatan di lapangan sesuai dengan analisis yang telah dilakukan,
d.       Mendeskripsikan dan menganalisis data lapangan secara substansif dengan merujuk kepada hasil studi kepustakaan dan mempelajari laporan-laporan lapangan.
f.   Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan sejak awal hingga selesai penulisan laporan penelitian, dengan melalui tahapan reduksi, display dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hal tersebut, maka data yang telah dikumpulkan dalam penelitian akan dianalisis dengan menggunakan pedoman sebagai berikut:
1.          Analisis Pada Saat Pengumpulan Data
Selama pengumpulan data, peneliti melakukan perekaman dan membuat catatan lapangan, melakukan member check dengan subjek yang bersangkutan, mengadakan audit trail, melakukan triangulasi untuk mendapatkan keabsahan data, melakukan revisi sesuai dengan subjek penelitian dan sumber aslinya, pemberian kode terhadap catatan lapangan yang telah direvisi untuk penyesuaian dan perkembangan proses dan jenis data yang diperoleh.
2.         Analisis Setelah data Terkumpul
Setelah data terkumpul, peneliti melakukan reduksi data dengan jalan merangkum laporan di lapangan, mencatat, menggolongkan dan mengklasifikasikan hal-hal yang relevan dengan fokus penelitian, menampilkan data sehingga hubungan data yang satu dengan yang lainnya menjadi jelas dan saling berkaitan yang membentuk kesatuan yang utuh, membandingkan dan menganalisis data yang satu dengan data yang lainnya secara lebih mendalam, menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi.

3.         Penyusunan Laporan Penelitian
Kegiatan penelitian ini diakhiri dengan penyusunan laporan penelitian. Keseluruhan hasil kegiatan ini disusun secara sistematis. Selanjutnya sebagai pertanggungjawaban ilmiah dan sekaligus pemenuhan salah satu persyaratan kelulusan sekolah tingkat muallimin, maka artikel ilmiah ini pada akhirnya diajukan kepada forum penguji sebagaimana layaknya.
4.         Validitas Penelitian
Menurut Nasution (1988) dan Moleong (1998) bahwa untuk mendapatkan thruthworthiness (keabsahan data) diperlukan teknik pemeriksaan atau pengujian dan bahwa tingkat kepercayaan hasil penelitian kualitatif ditentukan oleh beberapa kriteria yaitu:
1).   Kredibilitas,
2).   Transferabilitas,
3).   Dependabilitas,
4).   Konfirmabilitas.
Validitas dalam penelitian ilmiah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1).   Validitas internal(berkenaan dengan instrumen),
2).   Validitas eksternal(berkenaan dengan generalisasi).
Validitas internal dalam penelitian kualitatif adalah kesesuaian antara konsep peneliti dengan konsep responden, sedangkan validitas eksternal berarti adanya kecocokan dan kemungkinan hasil penelitian sehingga dapat diaplikasikan dalam konteks dan situasi yang lain. Beberapa tolak ukur kebenaran dalam penelitian dapat dilihat dalam faktor-faktor di bawah ini :
a.         Kredibilitas
Kredibilitas atau derajat kepercayaan merupakan salah satu ukuran tentang kebenaran data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan kecocokan penelitian dengan konsep yang ada pada responden. Untuk mencapai hal tersebut, dalam penelitian ini dilakukan hal-hal antara lain:
1). Triangulasi, yakni mengecek kebenaran data dengan membandingkan antara satu data yang diperoleh dari sumber A dan dilakukan cross check kepada sumber data lainnya dengan pertanyaan yang sama,
2). Melakukan komunikasi dengan kolega(Peer Debriefing), hal ini peneliti membahas catatan-catatan lapangan dengan kolega dan teman sejawat yang memiliki kompetensi tertentu,
3).   Penggunaan bahan referensi, artinya referensi digunakan untuk mengamankan berbagai informasi yang telah di dapat di lapangan, dalam kaitan ini penulis memanfaatkan kegunaan voice recorder untuk melakukan wawancara,
4).   Mengadakan dan memberikan member check setiap akhir wawancara atau pembahasan suatu topik pembahasan yang diusahakan dapat disimpulkan secara bersama. Sehingga perbedaan persepsi dalam suatu masalah dapat dihindari atau dapat diminimalisir, selanjutnya juga dilakukan konfirmasi dengan narasumber terhadap laporan hasil wawancara, kemudian apabila ada kekeliruan dapat diperbaiki atau apabila ada kekurangan dapat ditambah dengan informasi yang baru. Dengan demikian, data yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksud oleh narasumber.
b.         Transferabilitas
Transferabilitas atau keteralihan merupakan validitas eksternal dari hasil penelitian, sehingga sejauh mana hasil penelitian ini dapat diterapkan atau diaplikasikan dalam konteks atau situasi lain. Transferabilitas hasil penelitian baru ada, jika pemakai melihat situasi yang identik dan memiliki keserasisan antara hasil penelitian dengan permasalahan di tempatnya. Meskipun diakui bahwa tidak ada situasi yang sama pada tempat dan kondisi yang berbeda. Transferabilitas merupakan suatu kemungkinan, sehingga peneliti tidak memiliki keyakinan akan dapat menjamin eskternal ini.
c.         Dependabilitas
Dependabilitas atau ketergantungan adalah suatu kriteria kebenaran dan penelitian kualitatif yang pengertiannya sejajar dengan reliabilitas, karena itu  peninjauannya lebih dari segi konsep memperhitungkan segalanya yang ada pada realibitas itu sendiri.
d.         Konfirmabilitas
Konfirmabilitas  atau kepastian adalah berasal dari konsep objektifitas menurut penelitian non-kualitatif. Agar kebenaran dan objektifitas hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan, dilakukan dengan cara audit trail, yaitu dengan melakukan pemeriksaan ulang sekaligus konfirmasi untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan dapat dipercaya dan sesuai dengan situasi yang nyata, maka peneliti melakukan upaya:
1).   Data mentah yang diperoleh direkapitulasi dalam laporan lapangan yang lengkap dan cermat,
2). Data mentah disusun dalam hasil analisis dengan cara menyeleksi, kemudian merangkum dalam bentuk kesesuaian tema dengan tujuan penelitian, penafsiran dan kesimpulan,
3).   Melaporkan seluruh proses penelitiaan sejak pra-survey dan penyusunan desain pengolahan data, hingga penulisan laporan hasil penelitian. Pembahasan validitas temuan penelitian merupakan akhir dari bab pada penulisan paper ini yang menguraikan tentang deskripsi hasil penelitian, tafsiran dan pembahasannya.

B.    Bahan Media Audio Visual

Penulis membuka aplikasi Corel Draw X6 (atau versi lain). Design background dibuat sesuai dengan kreasi dan imanjinasi kita sendiri dan tidak ada ketentuan yang baku dalam pembuatannya, hal ini seperti tampak dalam contoh di bawah ini:
 




Gambar.1. Design tulisan dan background pada aplikasi Corel Draw
Setelah design huruf dan background selesai dibuat, maka selanjutnya kita buka terlebih dahulu  aplikasi Microsoft Office Power Point dan selanjutnya design yang telah dibuat tadi disalin ke program Microsoft Office Power Point seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini:


Gambar.2. Aplikasi Microsoft Power Point yang masih kosong
Gambar.3. design huruf dan gambar yang telah disalin ke aplikasi Microsoft Power Point
Selain design tulisan dan background yang dibuat pada aplikasi Corel Draw X6 disalin, kita tambahkan pula gambar yang diinginkan, sesuai dengan tema materi pembelajaran yang akan kita sajikan, misalnya kalau disini penulis mengambil gambar seorang anak yang akan mendirikan salat, karena materi pembelajarannya adalah melaksanakan salat wajib. Gambar anak yang sedang siap mendirikan shalat disalin pula ke aplikasi Microsoft Office Power Point yang diambil dari film animasi yang akan ditayangkan pada kegiatan inti pada pembelajaran. Hal ini tampak seperti gambar.4 di bawah ini:


Gambar.4 . design gambar anak sedang melaksanakan salat.
Selanjutnya kita membuat menu-menu aplikasi yang nantinya akan digunakan dalam menjalankan media pembelajaran ini.




Gambar.5. pembuatan menu-menu yang akan digunakan.
Setelah  menu-menu kita buat dan disalin ke Microsoft Office Power Point yang dibuat pada aplikasi Correl Draw X6 dan kita tempatkan pada slide nomor 2, maka langkah selanjutnya kita membuat hyperlink untuk memudahkan pembahasan materi “Tata Cara Salat” ini agar dapat difungsikan menu-menunya, maka kita harus membuat link antara menu-menu tersebut dengan isi menunya, misalnya ketika kita klik pada menu ‘gerakan salat’ maka kita akan mengetahui isi materi yaitu “Memahami Tatacara salat”, dan untuk memunculkan isi dari menu gerakan salat tersebut langkahnya adalah kita harus membuat link terlebih dahulu sewaktu membuatnya dengan cara membuka ‘insert’ lalu memilih action dan pilihlah ‘hyper link to’ …(isi materi tadi misalnya berada pada slide 3), maka setelah disambungkan kita coba apakah berfungsi atau tidak dengan melihat pada slideshow.
Selanjutnya ketika kita hendak kembali ke menu beranda, maka kita harus membuat gambar panah, sehingga ketika kita mengklik gambar panah tersebut dapat kembali ke beranda, dan cara pembuatannya sama dengan membuat link pada menu di atas tadi. Sederhananya, sistem kerjanya tidak jauh dengan cara kerja aplikasi atau website(situs-situs di internet) yang semuanya tinggal mengklik, maka terlihatlah apa yang kita inginkan atau kita cari. Sedangkan untuk mengisi menu ‘materi’, maka kita harus mengklik ‘insert’ dan pilihlah video selanjutnya kita akan masuk ke edit document. Selanjutnya pilihlah file film atau video yang kita inginkan, setelah itu klik ‘insert’ yang akan tampil di dalam kotak di kanan bawah, berikut contoh film animasi yang telah dimasukkan ke aplikasi power point:

Gambar.6. Film animasi yang telah dimasukkan ke dalam aplikasi Microsoft Power Point.
Setelah semua perancangan selesai dibuat sesuai dengan langkah-langkah yang telah diuraikan di atas, maka agar tampilan media pembelajaran kita benar-benar menampilkan multimedia yang lebih hidup dan menarik, sehingga peserta didik senang dan betah(tidak jenuh dan terpaksa) mengikuti materi pembelajaran salat ini maka langkah selanjutnya kita bisa mendesain slide Power Point, dan yang pertama kita lakukan adalah membuat background slide yaitu dengan cara mengklik menu ‘design’ di kiri atas sebelah ‘Home’, lalu kita tinggal pilih sesuai selera background mana yang akan kita pakai, setelah itu kita beralih ke menu ‘transitions’(pergantian slide), pergantian atau perpindahan slide hendak dilakukan dengan berbagai model dan gaya, maka kita hanya tinggal menentukan sendiri model dan gayanya mulai dari slide pertama sampai slide terakhir.
Selanjutnya kita beralih kepada pendesainan tampilan huruf atau isi slide, hendak seperti apakah huruf atau gambar akan ditampilkan pada slideshow nanti, maka caranya kita hanya tinggal mengklik ‘animations’ dan pilihlah animasi sesuai selera kita hendak seperti apakah tampilan huruf atau gambar muncul dihadapan kita, ketika kita klik mouse pada slide pertama sampai terakhir.
Media Pembelajaran ini akan semakin hidup lagi, ketika kita tambahkan ilustrasi music, animasi atau film pendukung lainnya, caranya mudah sekali, kita tinggal mengklik menu ‘insert’ dan memilih audio atau video, dan selanjutnya kita masuk ke pilihan dalam ‘document’ dan dalam ‘document’ ini kita cari musik, animasi ataupun film/video yang akan ditayangkan dalam slide yang telah kita rancang tadi.
Selesai sudah pembuatan media pembelajaran audio visual ini dibuat, selanjutnya adalah kita coba melihat hasilnya dengan cara memutar hasil karya kita tersebut dengan menggunakan proyektor, amati dengan cermat secara seksama, jika ada hal yang kurang, terlewat atau berlebihan, maka tinggal kita atur kembali, setelah dianggap sempurna, maka kita lihat kembali dengan cara memutar kembali melalui proyektor.

C.   Hasil Penelitian

Penulis akan membagi pembahasan pada tiga bagian besar yaitu: a). Deskripsi dan Hasil Penelitian; memaparkan hasil temuan dan menjawab beberapa pertanyaan penelitian yang terangkum dalam 3 pertanyaan, b). Interpretasi atau tafsiran dari temuan yang didapat dalam penelitian dan c). pembahasan hasil temuan dan interpretasi. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut:
Media Pembelajaran Berbasis Multimedia yang digunakan sebagai upaya Meningkatkan  Kemampuan  Melaksanakan  Shalat  Pada Anak  Tunagrahita Ringan  SDLB-C Kelas III di SLBN Cileunyi Kabupaten Bandung
Sebelum dilakukan penelitian pada pembelajaran materi pelajaran pendidikan agama islam dengan pokok materi memahami tata cara salat dengan kompetensi dasar melaksanakan salat wajib yang hanya disampaikan oleh guru, maka hasil yang didapat seperti yang tertera pada table di bawah ini:
No
NamaSiswa
Dapat Mengikuti tanpa Bantuan Guru
Dapat Mengikuti dengan Sedikit Bantuan Guru
Dapat mengikuti dengan Penuh bantuan Guru
1
MRR


X
2
KIH

X

3
C


X
4
RP


X












Tabel.1. Kondisi Objektif Anak Tunagrahita Ringan SDLB-C Kelas III dalam mengikuti materi tata cara salat dengan pembelajaran hanya dengan praktik guru
Jika melihat tabel. 1. di atas maka keberhasilan pembelajaran melaksanakan shalat wajib masih minim, terlihat dari 4 siswa yang mengikuti masih belum ada siswa yang berhasil mengikuti praktik tata cara salat wajib dengan tanpa bantuan guru, 1 orang yang dapat melaksanakan dengan sedikit bantuan, sedangkan 3 orang siswa lainnya masih harus dibantu dengan penuh oleh guru.
Kemudian setelah dilakukan penelitian pada pembelajaran materi pelajaran pendidikan agama islam dengan pokok materi memahami tata cara salat dengan kompetensi dasar melaksanakan salat wajib dengan hanya menggunakan media pembelajaran gambar dua dimensi walaupun memang gambar-gambar tersebut ditayangkan dengan menggunakan media komputer, maka hasil yang didapat seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:
No
NamaSiswa
Dapat Mengikuti tanpa Bantuan Guru
Dapat Mengikuti dengan Sedikit Bantuan Guru
Dapat mengikuti dengan Penuh bantuan Guru
1
MRR

X

2
KIH

X

3
C


X
4
RP

X













Tabel.2. Kondisi Objektif Anak Tunagrahita Ringan SDLB-C Kelas III dalam mengikuti materi tata cara salat dengan menggunakan media pembelajaran 2 dimensi yang ditayangkan dengan media computer

Jika melihat tabel. 2. di atas maka keberhasilan pembelajaran melaksanakan shalat wajib belum mencapai hasil yang memuaskan, terlihat dari 4 siswa yang mengikuti masih belum ada siswa yang berhasil mengikuti praktik tata cara salat wajib dengan tanpa bantuan guru, 3 orang yang dapat melaksanakan dengan sedikit bantuan, sedangkan 1 orang siswa lainnya masih harus dibantu dengan penuh oleh guru.
Pelaksanaan pembelajaran ini dilakukan 2 kali pertemuan dan hasilnya belum signifikan. Maka guru mencari beberapa solusi dengan membuat pembelajaran agar lebih efektif dan efisien yaitu dengan memberikan contoh langsung oleh guru tersebut dan hasilnya dapat terlihat dari tabel. 2. Berikut ini:


NO
Nama Siswa
Dapat Mengikuti tanpa Bantuan Guru
Dapat Mengikuti dengan Sedikit Bantuan Guru
Dapat mengikuti dengan Penuh bantuan Guru
1
MRR
X


2
KIH
X


3
C


X
4
RP

X

Tabel.3. Kondisi Objektif Anak Tunagrahita Ringan SDLB-C Kelas III dalam mengikuti materi tata cara salat dengan menggunakan media pembelajaran dua dimensi yang ditayangkan dengan media komputer dan praktik dari guru
Jika melihat tabel. 3. di atas maka keberhasilan pembelajaran melaksanakan salat wajib dengan media pembelajaran dengan menayangkan gambar mati atau dua dimensi serta dibantu dengan contoh dari guru ternyata sudah cukup mencapai hasil yang memuaskan dan hasilnya sudah lebih baik dari praktik salat yang pertama, terlihat dari 4 siswa yang mengikuti 2 orang yang berhasil mengikuti praktik tata cara salat wajib dengan tanpa bantuan guru, 1 orang yang dapat melaksanakan dengan sedikit bantuan, sedangkan 1 orang siswa lainnya masih harus dibantu dengan penuh oleh guru.
Dengan melihat kondisi objektif hasil penelitian dalam 2 sampai 3 kali pertemuan, maka yang diperoleh adalah hasil yang cukup signifikan, walaupun siswa masih belum mampu menyerap materi pelajaran dengan sempurna.
Dalam pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Standar Kompetensinya memahami tata cara salat dan Kompetensi Dasarnya melaksanakan salat wajib, guru membuatkan RPP(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), alat, bahan dan sumber ajar dari buku paket yang disesuaikan dengan anak tunagrahita ringan SDLB-C Kelas III, gambar sebagai media pembelajaran yang disajikan dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dilakukan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi pokoknya adalah melaksanakan salat wajib masih belum mencapai hasil yang maksimal, karena pemahaman penggunaan multimedia di dalam kelas masih belum sesuai dengan apa yang dimaksud dengan ‘multimedia‘ itu sendiri, sebagian pihak masih menganggap bahwa yang dimaksud dengan multimedia adalah sesuatu yang ditayangkan dalam komputer, apa itu menarik atau tidak bagi peserta didik, masih belum terpikirkan. Akhirnya pembelajaran berbasis multimedia ini seolah hanya pembelajaran konvensional yang dipindahkan saja tempatnya dengan komputer tidak di papan tulis.

BAB IV

PENUTUP

A.       Kesimpulan         

Sesuai isi yang ditulis dalam karya tulis dengan rumusan masalah yang ditulis dalam artikel ilmiah ini, maka kesimpulannya antara lain sebagai berikut:
1.         Penerapan media pembelajaran audio visual dapat meningkatkan kemampuan praktik salat pada siswa kelas III SDLB-C (Tunagrahita) di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung dengan sedikit bantuan guru. Penerapan perlu dilakukan diberbagai satuan pendidikan dan tidak terkecuali di lingkungan Sekolah Luar Biasa baik pendidikan dasar maupun menengah. Karena hal ini sudah menjadi satu kebutuhan yang mau tidak mau harus kita jalani demi kemajuan pendidikan di negeri ini.
2.         Pembuatan bahan media audio visual dapat dilakukan dengan membuat file berbentuk film presentasi yaitu dengan menggunakan  beberapa aplikasi seperti Corel Draw X6 atau versi lainnya untuk membuat latar belakang tampilan film presentasi, Microsoft Office Power Point sebagai alat presentasi, kemudian film tentang praktik salat yang dapat dicari dari kaset atau Youtube.
3.         Hasil yang diperoleh dari penerapan media pembelajaran audio visual sebagai upaya meningkatkan kemampuan praktik salat pada siswa kelas III SDLB-C (Tunagrahita) di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung ini sudah baik dan cukup signifikan, dibanding dengan pembelajaran yang tidak berbasis multimedia, karena di zaman globalisasi yang semakin cepat berkembang di kehidupan kita, maka sudah sejatinya setiap lembaga memberikan perhatian lebih akan penggunakan media pembelajaran berbasis multimedia, termasuk di sekolah-sekolah berkebutuhan khusus.

B.        Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka penulis memberikan beberapa saran atau rekomendasi kepada beberapa komponen pendidikan di antaranya sebagai berikut:

1.         Rekomendasi kepada pembaca
            Seiring dengan semakin meningkatnya kemajuan teknologi di sekitar kita pada saat ini yang menuntut lebih cerdasnya kita dalam memilih dan memilah informasi yang tersebar dengan sangat cepat dan tak terbatas, maka instansi yang berwenang dalam hal ini Kementrian Pendidikan sejatinya memberikan arahan yang lebih baik tentang penggunaan TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) kepada seluruh komponen pendidikan baik di tingkat pusat, daerah, kota dan kabupaten di seluruh nusantara agar dimanfaatkan untuk kemajuan dan keberhasilan  pendidikan negeri ini.
2.         Rekomendasi kepada sekolah-sekolah
            Sesuai dengan amanat undang-undang dasar 1945 bahwa kita diwajibkan turut mencerdaskan bangsa, tentunya sekolah sebagai lembaga yang terdepan menjadi tonggak keberhasilan cita-cita tersebut. Pemberian dan pengadaan fasilitas, sarana dan prasarana tentunya mau tidak mau memang menjadi salah satu pendukung keberhasilan pendidikan saat ini, terutama dunia teknologi informasi dan komunikasi yang kian hari kian melesat lari meninggalkan kita, dengan demikian seyogiannya sekolah senantiasa mendukung hal tersebut dengan cara memberikan fasilitas baik fisik maupun dukungan peningkatan sumber daya manusianya dalam mendalami ilmu multimedia.


3.         Rekomendasi kepada rekan guru
            Kita sebagai ujung tombak, jika diibaratkan dalam peperangan, kitalah prajurit-prajurit terdepan yang menghalau musuh yang tentunya harus memiliki kepiawaian atau keterampilan dalam melawan musuh tersebut, begitu pula kita tentunya dalam menghadapi peserta didik harus memiliki skill yang jauh lebih baik dari pada peserta didiknya, salah satunya adalah penguasaan terhadap teknologi informasi dan komunikasi, malu kiranya jika hari ini masih ada guru yang tidak dapat menggunakan perangkat komputer, karena media elektronik tersebut sudah bukan barang langka dan antik dan harganya sudah dapat terjangkau, selain itu jika sebagian ada yang telah mampu mengoperasikan komputer, tidak hanya digunakan untuk bermain-main di jejaring sosial saja (misalnya facebook atau twitter) akan tetapi alangkah lebih baiknya diarahkan kepada hal yang lebih positif yaitu belajar memperkaya kemampuan atau keterampilan kita dalam membuat media pembelajaran yang menarik bagi peserta didik karena ingat tugas utama kita adalah membedakan pengajaran, pembelajaran dan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-quranul Karim
Agustine, Ine, S.Pd. (2015). Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Masanda.
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMPLB–C (Tunagrahita Ringan) Kelas VII. Jakarta: Depdiknas.
Daryanto, Drs. (2013). Guru Profesional. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
E-Book Pendidikan Agama Islam Kelas VII.
Kamus Besar Berbahasa Indonesia
Somantri, Sutjihati T. Dra. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa.  PT. Refika Aditama.
Zainal Arifin, M.Pd. (2012). Metode Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Zakaria, A. (2015). Risalah Shalat. Bandung: Dewan Hisbah Pimpinan Pusat Persatuan Islam.

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

Jam

Kalender

Our School Site

Recent Posts

Popular Posts

Unordered List

Text Widget

Diberdayakan oleh Blogger.

Ads Inside Post

Subscribe Here

Navigation-Menus (Do Not Edit Here!)

Recent

Flickr